IDENTITAS.CO.ID, KOREA – Hotel Ryugyong merupakan salah satu hotel termegah di Korea Utara. Pembangunan hotel ini menelan anggaran yang cukup fantastis, yakni Rp 1,6 miliar atau setara Rp 30,6 triliun.
Namun sayang, dibalik kemegahannya hotel dengan tiga ribu kamar itu tak pernah kedatangan tamu.
Hotel ini memiliki bangunan yang cukup tinggi, meliputi 105 lantai dan berbentuk segitiga. Lokasinya berada di jantung ibu kota Pyongyang, sehingga membuat hotel ini begitu ikonik.
Dilansir Daily Star, Selasa (19/09/2023) ini telah dibangun sejak tahun 1987.
Sementara dalam laporan yang diterbitkan CNN, hotel ini seharusnya menjadi tempat menginap bagi para pengunjung ke Korea Utara dan direncanakan memiliki 3 ribu kamar. Namun, pembangunannya dihentikan setelah kejatuhan ekonomi menyusul jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Hilangnya salah satu mitra dagang utamanya, Korea Utara pun terpukul, dan pada tahun 1992 rencana pengembangan hotel ini dibiarkan. Dikabarkan eksterior bangunan tersebut sudah selesai, tetapi interiornya belum rampung.
Saat ini Hotel Ryugyong dianggap sebagai bangunan tak berpenghuni tertinggi di dunia. Bangunan ini lebih tinggi sekitar 20 meter daripada Shard di London yang memiliki tinggi 310 meter.
Saking terbengkakainya, hotel ini bahkan dibiarkan tanpa jendela selama 16 tahun.
“Ini adalah bangunan yang sangat ikonik, tapi saya pikir penting untuk mempertimbangkan letaknya dalam kaitannya dengan seluruh struktur kota Pyongyang. Bangunan ini seperti semacam tugu,” ucap arsitek Calvin Chua sebagaimana dilansir dari CNN.
Masih dari CNN, hotel ini memiliki tiga bagian, masing-masing sepanjang 328 kaki dan berada pada kemiringan 75 derajat. Tempat ini rencananya memiliki lima restoran yang berputar, yang akan memberikan pemandangan tak tertandingi ke arah Pyongyang.
Bangunan kontroversial ini akhirnya direnovasi pada tahun 2008 ketika kontraktor Mesir dari Orascom Group melanjutkan pekerjaannya. Perusahaan ini memasang panel kaca di seluruh bangunan dan pemerintah Korea Utara bahkan menjanjikan hotel ini akan selesai dibangun pada tahun 2012.
Namun, setelah 11 tahun berlalu, hotel ini belum juga menerima tamu. Malahan, bangunan ini sekarang hanya digunakan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebagai layar besar untuk menyiarkan propaganda.
Lebih dari 100.000 layar LED telah dipasang untuk menampilkan pesan-pesan pemerintah dan juga menjadi latar belakang pertunjukan kembang api di kota.
Grup hotel Jerman Kempinski sebelumnya mengumumkan akan mengelola gedung tersebut, namun mereka menarik diri beberapa bulan kemudian. (***)