Fujimura terus menemukan artefak yang usianya jauh lebih tua dan lebih tua lagi. “Itulah yang terus mendorong prasejarah manusia Jepang menjadi mudah diketahui lebih jauh ke belakang,” terusnya.
Ketenaran Shinichi Fujimura di Jepang menjadi semakin melambung tinggi pada awal 1990-an. Puncaknya terjadi pada tahun 1993, ketika dia mengklaim menemukan bukti adanya manusia zaman batu di dekat desa Tsukidate, yang berusia lebih dari setengah juta tahun.
Dengan satu penemuan luar biasanya, Fujimura telah membawa Jepang menjadi setara dengan pesaingnya, Cina, dalam hal kehidupan skala kuno.
Begitu beruntungnya Fujimura dalam kemampuannya untuk menggali benda-benda yang sulit untuk diungkap, sekalipun oleh para arkeolog terkemuka lainnya, sehingga para pengagum mulai menyebut Fujimura yang tampaknya dibimbing secara ilahi sebagai “Tangan Tuhan”.
Entah apa yang terjadi kemudian, Fujimura seakan tergelincir ke jurang kehancuran. Seorang wartawan membongkar fakta di balik kegemilangan Fujimura.
Pada tahun 2000, Jepang diguncang ketika sebuah surat kabar menerbitkan foto-foto di mana arkeolog yang disegani dan terkenal itu kepergok tengah menanam artefak zaman batu “kuno” yang palsu di sebuah situs penggalian.
Dari kejadian itu, Fujimura dipaksa mengakui kebohongannya setelah tertangkap basah. Akhirnya ia mengaku bahwa telah menanamkan bukti arkeologis palsu di sepanjang karirnya. Ia telah berhasil membohongi dunia.