IDENTITAS.CO.ID – Dalam banyak literatur, sejarah peradaban Mesir dianggap sebagai peradaban yang bertahan paling lama, berusia ribuan tahun. Namun di bagian lain, sejarah peradaban Tiongkok juga disebut sebagai peradaban yang memiliki usia paling panjang.

Jika melihat bukti dan literatur yang membahas dua peradaban tersebut, lalu manakah di antara keduanya bertahan paling lama? Jika membandingkan keduanya, ternyata pertanyaan ini tidak bisa dijawab langsung karena beberapa alasan.

Alasan yang pertama, sejarawan dan arkeolog modern tidak memiliki definisi yang seragam terhadap sejarah peradaban, termasuk kapan dimulai dan kapan berakhir, dan banyak ahli ragu apakah peradaban dapat diukur dengan cara ini.

Kedua, semua sejarah peradaban besar memiliki periode ketika mereka diperintah oleh “orang asing”—Hyksos di Mesir, misalnya—yang memperumit apakah mereka harus dianggap sebagai peradaban yang berkelanjutan.

Ketiga, budaya di awal peradaban mungkin berbeda dengan budaya di akhir peradaban. Akibatnya, banyak sejarawan dan arkeolog modern tidak menganggap gagasan “peradaban” berguna. Sebaliknya, mereka berbicara tentang “budaya” dan “tradisi”.

Situasinya berbeda 100 tahun yang lalu, ketika para sejarawan dan arkeolog dengan senang hati menyebut beberapa budaya sebagai “peradaban”.

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, ada “penerimaan yang rumit atas hierarki masyarakat manusia”, sebagian untuk membenarkan kerajaan kolonial Eropa, kata Rowan Flad, seorang arkeolog di University of Harvard, kepada Live Science.