IDENTITAS.CO.ID, MAROS – Penelitian gabungan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian masyarakat (LPPM) Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan batu nisan Aceh pertama di Kabupaten Maros.

Nisan ini ditemukan di wilayah yang dikenal dalam naskah lontara Bone sebagai Belang-belang, sebuah toponimi tua yang menyimpan banyak jejak sejarah. Adapun Kampung Belang-belang ini sendiri berada di Kelurahan Macini Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros.

Peneliti BRIN, Makmur mengatakan bahwa penemuan nisan Aceh di Maros ini sangat istimewa karena merupakan satu-satunya jenis nisan yang ada di wilayah ini.

“Batu nisan Aceh merupakan artefak yang sangat khas, dan keberadaannya di suatu tempat biasanya menunjukkan adanya tokoh penting dalam sejarah Islam atau jaringan perdagangan yang kuat,” katanya.

“Dari hasil penelusuran makam-makam tua di Maros, ini adalah batu nisan Aceh satu-satunya yang berhasil kami temukan. Penggunaannya memang sangat terbatas, biasanya hanya diberikan kepada bangsawan atau tokoh penting yang memiliki peran dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam pada abad ke-17 dan 18 Masehi,” sambungnya.

Peneliti BRIN lainnya, Hasanuddin, yang juga dosen Arkeologi Unhas mengatakan jenis nisan yang ditemukan adalah nisa Aceh Tipe C yang menurut catatan arkeologis diproduksi pada tahun 1500 an di wilayah Aceh.

“Kehadiran batu nisan Aceh Tipe C ini membuktikan bahwa daerah Maros telah terhubung dengan jaringan perdagangan global pada abad ke-16. Ini bukan hanya soal keberadaan benda, tapi juga menandakan arus informasi, budaya, dan keyakinan yang mengalir dari barat ke timur nusantara,” jelasnya.

Lebih lanjut, Hasanuddin menjelaskan bahwa batu nisa Aceh ini tidak diproduksi secara lokal, melainkan diimpor dari Aceh yang merupakan salah satu pusat kekuatan Islam dan perdagangan internasional pada masa itu.

“Kehadiran nisan ini di Maros menjadi bukti bahwa kawasan ini tidak hanya terlibat dalam perdagangan antardaerah, tapi juga menjadi bagian dari jejaring ekonomi dan religius yang lebih luas”, urainya.