Salah seorang warga, Mustafa Makkasau, mengatakan, peristiwa ini sudah terjadi sejak sebulan yang lalu, namun semakin diperparah sejak beberapa hari terakhir.
“Dulu, ketika air datang, ini langsung rebah, jadi dari pondasi ada satu meter retak, jadi retakan yang masuk ke rumah ada sekitar tiga meter, pondasinya memang tergantung sudah ada setengah bulan. Memang hari itu banjir, tingginya setinggi pondasi, padahal hanya hujan sedang cuma hujan derasnya di bagian gunung saja,” kata Mustafa saat ditemui di rumahnya, Sabtu (14/12/2024).
Menurutnya, akibat tergerus arus sungai bagian dapur rumahnya saat ini tidak dapat digunakan lagi lantaran lantainya retak, ia khawatir jika sewaktu waktu akan amblas.
“Sekarang hanya bagian depan saja yang bisa di tempati, kalau bagian dapur sudah tidak bisa, kami takut, Kamar mandi rusak, lantai dapur juga retak hampir amblas, pondasi hampir jatuh,” ujarnya.
Ia menjelaskan, jika disekitar bantaran sungai terdapat 15 rumah terancam tergerus aliran sungai, kondisinya semakin diperparah saat memasuki musim hujan.
“Yang longsor itu sekitar sepuluh meter, kadang kami harus mengungsi kalau air tinggi, kami takut, kami mengungsi ke tetangga yang rumahnya 2 tingkat. Kalau masalah yang selalu rebah ini sudah lama, namun ini yang paling parah, makanya kami sudah tidak tenang disini, bagaimana kalau terjadi hal yang tidak diinginkan, kita hanya bisa waspada karena didalam rumah sudah retak,” jelasnya.
Warga berharap pemerintah setempat bisa memberikan solusi bagi warga yang bermukim disekitar bantaran sungai, meski sebagian pinggir sungai sudah di Bronjong namun kekhawatiran mereka masih ada pasalnya tanggul yang dibuat hanya beberapa meter saja.