Polman, Identitas.co.id – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, sejak Minggu (2/5/2024) kemarin mengakibatkan puluhan hektar sawah dan Rumah warga di Desa galeso, Kecamatan Wonomulyo, terendam banjir.

Ada puluhan rumah warga di Desa ini terendam banjir sejak Minggu malam hingga hari ini. Ketinggian air di setiap wilayah bervariasi mulai dari 30 Centimeter hingga 1 meter.

Aktivitas warga di Desa ini menjadi terganggu akibat banjir yang hingga saat ini belum surut. Hujan dengan intensitas tinggi ditambah lagi dengan saluran irigasi yang tidak berfungsi dengan maksimal menjadi salah satu faktor penyebab banjir tersebut.

Pemukiman Warga di Desa Galeso Terendam Banjir (Foto: Asyhar)

Selain merendam pemukiman warga, air juga merendam puluhan hektar lahan pertanian, yang mengakibatkan tanaman padi yang telah berusia 1 bulan itu mati.

Ada sekitar 50 hektar lahan pertanian yang terendam banjir, kondisi ini sudah terjadi berulang kali, setiap musim hujan melanda wilayah tersebut. Saluran irigasi air dekat dengan persawahan warga mengalami pendangkalan sehingga tidak mampu menahan debit air, sehingga meluap, dan merendam persawahan dan pemukiman warga.

“Kalau di sekitaran lahan sini kurang lebih 20 hektar kalau yang di sana ada 30 hektar jadi semuanya kurang lebih 50 hektar. Semuanya sudah ditanami padi umurnya sekitar 1 bulan lebih, padinya jadi mati terpaksa kita harus tanam lagi, itupun kalau ada bibit,” kata salah seorang warga, Mulyadi, saat ditemui di lokasi, Senin (3/6/2024).

Menurutnya, Para petani di Desanya merugi hingga jutaan rupiah akibat tanaman padi yang telah mereka rawat mati akibat terendam banjir.

“Kalau kerugian kami itu sekitar 5 jutaan per hektarnya termasuk sewa dompeng, sewa tanah, beli pupuk dan lainnya,” ujarnya.

Ia menjelaskan jika wilayahnya sudah sering terendam banjir, selain persawahan puluhan rumah juga terendam banjir.

Kita berharap pemerintah terkait bisa lebih memperhatikan petani, pasalnya sungai yang ada seharusnya digali sampai ke muara sebenarnya ini sudah waktunya di gali cuman tidak diperhatikan. Terakhir dikeruk sekitar 20 tahun yang lalu,” harapnya.