Penjual Minyak Curah, Jamriah, mengatakan, jika selain menjual minyak ia juga menjual menjual pisang dan kelapa di pasaran, barang tersebut ia beli dari Pasar sentral kemudian di jual kembali dipasar Polewali.
“Biasanya keuntungan saya mencapai Rp.15 ribu hingga Rp.20 ribu, itulah yang saya kumpulkan dan saya simpan untuk saya setor biaya naik haji, saya simpan dari hasil jual minyak atau pisang,” ujarnya.
Menurutnya, ia mendaftar di Kementrian Agama Polman sejak tahun 2012, butuh waktu 13 tahun untuk bisa berangkat ke tanah suci.
“Saya mulai menabung sejak 2009. Pada saat saya mulai ada niat naik haji, saya mulai menyimpan sedikit hasil jualan saya, saya juga ikut arisan, 20 ribu perhari,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, jika ia berjualan di pasar Polewali setiap hari, setiap selesai shalat subuh ia sudah berangkat ke Pasar dan pulang sekitar pukul 10:00 WITA.
“Saya naik haji ini semua dari hasil jualan minyak, pisang, kelapa. Saya biasanya menjual minyak sebanyak 50 botol kecil, atau biasanya juga 8 botol besar, kalau dalam kemasan jerigen biasanya 3 jiregen,” jelasnya.
Jelang keberangkatan, kata Jamriah, ia mulai menjaga pola makan dan kesehatan tubuh, dengan meminum obat penurun tekanan darah.
“Persiapannya sudah semua di dalam koper, didalam ada baju putih 3, baju hitam 2, dan sarung 3, mukenah, dan ada juga makanan seperti abon, semuanya sudah lengkap. Termasuk sendal, sepatu dan 3 baju daster,” tutupnya.