POLMAN, IDENTITAS.CO.ID – Niat naik haji Jamariah (59), warga Jalan Allung, Dusun Rea Barat, Desa Duampanua, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, untuk menunaikan rukun Islam kelima akan segera terwujud.

Melalui embarkasi Hasanuddin Makassar, dia akan terbang ke Tanah Suci pada tanggal 17 Mei 2024 mendatang, yang tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 9.

Mimpi itu dipupuknya selama 13 tahun berjualan Minyak Curah di Pasar Polewali. Berkat kegigihannya mengumpulkan keuntungan sedikit demi sedikit, Jamriah akhirnya bisa mewujudkan cita-citanya.

Jamriah menabung mulai dari tahun 2009, setiap hari ia menyisihkan hasil jualannya sebanyak Rp.15 ribu sampai Rp.20 ribu.

Jamriah mendaftar di kantor kementerian agama setempat sejak tahun 2012 silam. Setelah menunggu selama 12 tahun, akhirnya namanya tercatat dalam daftar nama calon haji yang akan berangkat tahun  ini. Jamriah mengaku sangat bersyukur karena keinginannya bisa terkabulkan.

Jelang keberangkatannya, segala kebutuhannya telah dipersiapkan, seperti pakaian, sepatu, perlengkapan shata dan kebutuhan haji lainnya telah ia kemas kedalam Koper jamaah haji.

Penjual Minyak Curah, Jamriah, mengatakan, jika selain menjual minyak ia juga menjual menjual pisang dan kelapa di pasaran, barang tersebut ia beli dari Pasar sentral kemudian di jual kembali dipasar Polewali.

“Biasanya keuntungan saya mencapai Rp.15 ribu hingga  Rp.20 ribu, itulah yang saya kumpulkan dan saya simpan untuk saya setor biaya naik haji, saya simpan dari hasil jual minyak atau pisang,” ujarnya.

Menurutnya, ia mendaftar di Kementrian Agama Polman sejak tahun 2012, butuh waktu 13 tahun untuk bisa berangkat ke tanah suci.

“Saya mulai menabung sejak 2009. Pada saat saya mulai ada niat naik haji, saya mulai menyimpan sedikit hasil jualan saya, saya juga ikut arisan, 20 ribu perhari,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, jika ia berjualan di pasar Polewali setiap hari, setiap selesai shalat subuh ia sudah berangkat ke Pasar dan pulang sekitar pukul 10:00 WITA.

“Saya naik haji ini semua dari hasil jualan minyak, pisang, kelapa. Saya biasanya menjual minyak sebanyak 50 botol kecil, atau biasanya juga 8 botol besar, kalau dalam kemasan jerigen biasanya 3 jiregen,” jelasnya.

Jelang keberangkatan, kata Jamriah, ia mulai menjaga pola makan dan kesehatan tubuh, dengan meminum obat penurun tekanan darah.

“Persiapannya sudah semua di dalam koper, didalam ada baju putih 3, baju hitam 2, dan sarung 3, mukenah, dan ada juga makanan seperti abon, semuanya sudah lengkap. Termasuk sendal, sepatu dan 3 baju daster,” tutupnya.