IDENTITAS.CO.ID, POLMAN – Jelang Natal dan Tahun baru, sejumlah kebutuhan bahan pokok di pasar merangkak naik, seperti yang terjadi di Pasar tradisional Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, kenaikan harga bahan pokok mencapai 50 persen.

Kenaikan harga bahan pokok ini terjadi sejak sepekan terakhir, dan diperkirakan akan terus mengalami kenaikan hingga memasuki tahun 2024.

Kenaikan harga tertinggi terjadi pada komuditi Cabe Rawit, dimana harga Cabe Rawit mencapai Rp.100 ribu perkiligram, padahal sebelumnya harga cabai rawit hanya dikisaran Rp.50 ribu saja.

Lombok besar yang sebelumnya Rp.20 ribu perkilogram naik menjadi Rp.65 ribu perkilogram. Lombok keriting dari harga 30 ribu perkilogram naik menjadi Rp.65 ribu perkilogram.

Bawang merah dari harga Rp.22 ribu perkilogram naik menjadi Rp.30 ribu perkilogram. Tomat sebelumnya dari harga Rp.8 ribu naik menjadi Rp.10 ribu perkilogram.

Kolu dari harga Rp.4 ribu naik menjadi Rp.8 Ribu perkilogram. Jahe dari harga Rp.20 Ribu naik memjadi Rp.30 ribu. Dan labu siang dari harga Rp.2 ribu naik menjadi Rp.4 ribu perbuah.

Kenaikan harga bahan pokok rata rata mencapai 50 hingga 60 persen, hal ini dikeluhkan pedagang lantaran penjualan menjadi berkurang.

Warga yang sebelumnya membeli bahan pokok perkilogram setelah ada kenaikan harga membuat warga mengurangi pembeliannya.

Kenaikan harga diperkirakan selain mendekati Natal dan tahun baru, hal ini juga disebabkan oleh hasil panen petani berkurang yang disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan.

Salah seorang pedagang, Hawa, mengatakan, ada sejumlah bahan pokok yang mengalami kenaikan hongga 50 persen, kenikan harga tertinggi pada Cabe Rawit yang mencapai Rp.100 ribu perkilogram. Yang terjadi sejak sepekan terakhir.

“Penyebabnya karena musim kemarau. Ini juga karena menjelang akhir tahun tapi ini pertama kali naiknya tinggi sekali, biasanya hanya naik 25 saja,” kata Hawa, Kamis (14/12/2023).

Menurutnya, kenaikan harga tahun ini merupakan yang terparah dibanding tahun tahun sebelumnya, yang mengakibatkan penjualan menjadi berkurang.

“Sekarang harga bahan pokok naik sekali, tahun ini yang paling tinggi. Kami hanya beli 1-5 kilo, penjualan juga jadi terpengaruh, pembeli jadi sepi,” ujarnya.

Ia menjelaskan, jika dampak kenaikan harga sangat dirasakan oleh pedagang maupun pembeli, dimana warga hanya membeli bahan pokok sedikit.

“Biasanya pembeli hanya beli seper empat kilogram, atau setengah kilogram, jarang yang beli perkilo karena mahal. Satu gelas begini harganya 10 ribu,” jelasnya.

Sementara itu, salah seorang warga, Jumira, mengatakan, disaat perekonomian warga belum stabil, warga kembali dibebani dengan kenaikan harga bahan pokok, yang membuat warga semakin menjerit.

“Sekarang mahal, kerja juga susah, uang juga susah. Sudah lama seperti ini. Saya beli sayur kolu, biasanya harganya 4 ribu sekarang 9 ribu, kalau cabe biasanya 30 sampai 40 sekarang 100. Semuanya naik, kalangan ekonomi rendah jadi setengah mati pak,” ujarnya.

Untuk mensiasati pengeluaran uang yang lebih besar, kata Jumira ia terpaksa membeli bahan pokok dengan jumlah yang leboh sedikit

“Saya beli sayuran dan cabai untuk di makan, bukan untuk jualan. Cara mensiasatinya ya beli sedikit-sedikit, ngirit. Beli cabe hanya 10 ribu, nggak kuat beli banyak, nanti habis baru beli lagi. Biasanya beli 1 liter dengan harga 10 ribu, sekarang sedikit satu gelas kayanya,” jelasnya. (Arb)