Salah seorang pengunjung wisata, Fahri Sandiya, mengatakan proses evakuasi pengunjung wisata menggunakan tali, mereka bergantung di sarung kemudian ditarik ke seberang sungai.

“Sarung kita pakai di selangkangan. Kemudian ditarik dari sebelah. Ada anak anak satu umur 3 tahun, kemudian ada perempuan 7 orang selebihnya laki-laki. Semua 30 orang,” kata Fahri saat di temui, Senin (13/3/2023).

Sebelum air sungai meluap, pihak pengelola wisata telah mengingatkan kepada pengunjung wisata agar tidak menyebrang sungai, lantaran kondisi cuaca buruk.

“Sebelumnya sudah ada memang warga yang sampaikan awas nanti ada banjir tiba-tiba, tapi kita masih asyik mandi. Setelah itu air meluap kita lari selamatkan barang yang ada di sebelah, jadi kita amankan dulu air sungai semakin deras jadi sudah tidak sempat menyebrang ke sebelah untuk selamatkan diri,” jelasnya.

Menurutnya, proses evakuasi pengunjung wisata berlangsung selama berjam jam, lantaran minimnya alat yang digunakan untuk memgevakuasi puluhan orang.

“Kita sudah minta tolong sama rekan rekan yang ada di luar kalau bisa di bawakan tali. Pada pukul 18:00 wita itu tali sudah dibentangkan ke sebelah. Proses evakuasi itukan ada sekitar 30 orang jadi membutuhkan waktu sekitar 5 jam baru selesai,” ungkapnya.

Pada saat kejadian, pengunjung mendengar suara gemuru dari sungai, sehingga ada jeda untuk pengunjung menyelamatkan diri ke tepi sungai.

“Pada saat saya mandi, saya rasakan kenapa ada gemuruh, saya melihat kebelakang ternyata air dengan kayu-kayu hanyut tinggi sekali naik pada saat itu hujan. Jalan lain ada sih tapi lewat kelapa 2 tapi membutuhkan waktu 4 jam jalan kaki,” ujarnya.

Akibat dari kejadian ini, sejumlah pengunjung wisata mengalami luka ringan, akibat terbentur di batu.

“Ada beberapa terluka karena kena katrol ketika menyebrang dan terluka di bagian kaki karena terkena batu,” ungkapnya.