IDENTITAS.CO.ID, POLMAN – Seragam, pangkat, dan jabatan bukan segalanya. Hal itu rasanya tepat menggambarkan kehidupan seorang pria di Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat.
Cerita inspiratif kali ini datang dari seorang pria bernama Zaenal yang juga merupakan prajurit TNI Kodim 1402/Polman berpangkat Sersan Mayor (Serma).
Serma Zaenal tak segan untuk bertani. Meski masih bertugas sebagai anggota TNI, ia tak malu untuk meluangkan waktunya dengan bercocok tanam.
Awalnya tanaman cabai yang ditekuninya itu untuk mengedukasi warga agar memanfaatkan lahan tidur. Kebun budidaya cabai dikelola Zaenal terletak di Dusun Leppang, Desa Kelapa Dua, Kecamatan Anreapi.
Tanaman cabai itu ditanam di antara pohon durian, di lahan perbukitan tak jauh dari pemukiman. Saat ini Serma Zaenal memiliki sedikitnya 1000 pohon cabai tumbuh di lahan miring seluas kurang lebih 50 are.
Budidaya cabai ini dimulai pada bulan Agustus 2024 lalu, saat itu warga menekuni tanaman jagung, namun iya sengaja menanam cabai untuk memperlihatkan kepada warga terkait produktivitas lahan miring untuk ditanami cabai rawit.

Setiap hari libur, sebelum maupun pulang kerja, ia selalu memanfaatkan waktu luangnya kekebun merawat tanaman cabainya. Ada alasan tersendiri baginya untuk meluangkan waktu dengan bertani.
Setelah empat bulan, tanaman cabai miliknya kini memasuki masa panen, buahnya melimpah. Bahkan ia mengaku bisa memanen sedikitnya 300 kilogram cabai, omsetnya cukup untuk menutupi biaya operasional dan kebutuhan sehari-hari.
Zaenal mengaku budidaya cabai awalnya ditekuni untuk mengedukasi warga terkait pemanfaatan lahan kosong menjadi lahan produktif. Setiap kali memanen selalu melibatkan warga, atau emak-emak sekitar sebagai buruh petik cabai, dengan harapan, warga bisa mengikuti jejaknya untuk membudidaya dan memanfaatkan setiap lahan yang ada.
“Budidaya cabe ini awalnya hanya sebagai edukasi kepada masyarakat sekitar bahwa lahan tidur itu bisa dimanfaatkan untuk kemandirian pangan seperti contoh untuk menanam cabai rawit,” kata Sersan Zaenal, Kamis (16/01/2025).
Menurutnya, hasil dari tanaman cabai yang ia rawat selama ini cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, bahkan ia bisa mempekerjakan orang untuk memetik cabe rawitnya.
“Hasilnya sudah lumayan, selama 12 kali panen hasilnya sudah mencapai 300 kg, harga cabai juga bervariasi mulai awal saya menjual sekitar 13 ribu per kg, namun akhir akhir ini saya jual 40 ribu per kg,” ujarnya.
Ia menjelaskan budidaya cabai yang ia tekuni dapat memberdayakan warga setempat setiap kali memanen selalu melibatkan warga, atau emak-emak sekitar sebagai buruh petik cabai.
“Tujuan kita sebenarnya bagaimana membantu masyarakat sekitar mendapatkan tambahan penghasilan untuk dapur sekaligus mengedukasi mereka bagaimana caranya memanfaatkan lahan kosong di sekitar mereka,”jelasnya.