IDENTITAS.CO.ID, POLMAN – Di tengah malam yang pekat, hanya diterangi oleh cahaya rembulan, tim Bebas-Siti (Besti) melaju penuh tantangan menuju pelosok Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar (Polman).

Tanpa lampu jalan dan tak ada tanda-tanda warung kecil di sepanjang jalan, perjalanan 11 jam sepanjang 150 kilometer dari pusat kota Polman ini dipenuhi ketegangan.

Jalan berlumpur dan penuh bebatuan memaksa kendaraan terus bergetar, dengan jurang curam mengintai di sisi jalan. Di tengah perjalanan yang memacu adrenalin, setiap anggota Tim Besti tetap bersemangat, merapatkan tubuh di dalam hardtop besar yang dikemudikan Bebas Manggazali, Ketua IOF Sulbar sekaligus calon Bupati Polman nomor urut 2.

Jam digital menunjukkan pukul 00.44 WITA saat mereka akhirnya tiba di Desa Bessoangin Utara. Sambutan yang tak terduga datang dari sekumpulan anak kecil yang riang berlari menghampiri kendaraan besar itu.

Wajah mereka yang dipenuhi senyum dan tawa seolah menjadi obat bagi tim, menghilangkan lelah dan rasa letih yang mendera. Namun di balik keceriaan anak-anak itu, tersembunyi cerita pahit tentang kehidupan mereka sehari-hari.

Jalan menuju desa mereka masih jauh dari layak, seolah tak tersentuh pembangunan. Padahal, sudah 78 tahun Indonesia merdeka, namun jalan yang mereka tempuh masih berupa tanah dan bebatuan yang sulit dilewati.

“Biar pun naik motor, tetap saja harus susah payah. Terkadang motor mesti diangkat atau didorong karena terjebak di lumpur,” ujar Pian, seorang warga desa, dengan raut wajah yang menyiratkan kekesalan dan kekecewaan.

Tak hanya akses jalan, masalah lain yang lebih serius adalah keterbatasan akses kesehatan di Tutar. Warga yang jatuh sakit harus menempuh perjalanan panjang, bahkan dipikul dengan sarung dan berjalan kaki selama berjam-jam hanya untuk mencapai pusat kesehatan terdekat.

“Biasanya kita jalan kaki, menggendong mereka yang sakit. Pulang pergi bisa makan waktu dua jam,” lanjut Pian dengan nada berat.