IDENTITAS.CO.ID, POLMAN – Tim Pemenangan Andi Bebas Manggazali dan Siti Rahmawati menyebut mengelola Kabupaten Polewali Mandar (Polman) dengan jumlah penduduk yang mencapai 495.371 orang, dibutuhkan kepala daerah yang sudah berpengalaman.

Menurutnya tidak mudah memimpin daerah terpadat penduduk di Sulbar. Apalagi, jika tidak  memiliki kompetensi bidang keahlian sesuai ilmu pengetahuan yang dimiliki.

“Itu sudah ada dalam pesan agama, pilihlah orang pemimpin kepada ahlinya,” kata Muhsin Fattah di hadapan puluhan warga saat melakukan blusukan di Desa Pallis, Kecamatan Balanipa, Jumat (27/9/2024).

Menurut Politisi Partai Besutan Megawati Soekarnoputri ini dari sejumlah kandidat yang maju di Pilkada Polman, hanya sosok pasangan Besti yang dinilai tepat dan layak untuk memimpin daerah ini.

“Jadi Andi Bebas ahli dalam mengelola pemerintahan dan sangat pas untuk menjadi kepala daerah. Seandainya perguruan, sukkumi piguruanna (sudah memahami ilmunya). Kalau yang lain Mane Migurui (baru belajar),” ucapnya.

Sementara Siti Rahmawati disebut adalah  sosok perempuan multitalenta. Selain punya talenta menyanyi, ia merupakan seorang  pengusaha dan saat ini menjabat sebagai direktur disebuah perusahaan TV Nasional.

“Jangan kita memahami Siti ini hanya seorang artis, tapi pekerjaan yang lain itu dia adalah seorang pengusaha,” ucapnya.

Olehnya itu, Muhsin mengajak seluruh masyarakat untuk memilih pasangan nomor urut dua pada 27 September mendatang.

Dengan memilih pasangan yang  maka Polman akan bisa lebih baik lagi dibawah kepemimpinan Andi Bebas Manggazali dan Siti Rahmawati.

“Mereka ini penguasa, jadi tahu betul nanti apa yang harus dikembangkan daerah ini untuk lebih maju lagi,” ucapnya.

Sebelumnya Siti Rahmawati telah menyampaikan komitmennya maju di Pilkada karena ingin membawa Polman ke arah lebih baik ke depan.

Ada beberapa sektor penting yang menjadi perhatian saudara kandung dari Cici Paramida itu. Pertama, pengembangan sektor wisata di Polman. Kedua, membenahi sektor pendidikan.

Siti tidak ingin lagi ada anak-anak di Polman putus sekolah. Ketiga, masalah kesehatan, dan keempat pengembangan ekonomi kreatif, khususnya kepada ibu-ibu. (*)