IDENTITAS.CO.ID, POLMAN – Seorang bidan desa bernama Safriani (34) di Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat yang mengalami sakit terpaksa ditandu menuju rumah sakit lantaran kondisi jalan rusak sehingga sulit dilalui kendaraan.

Bidan tersebut ditandu sejauh 23 kilometer dari Desa Besoangnin, Polman ke Desa Lombongan Kabupaten Majene.

Bidan yang bertugas di Desa Ratte ini awalnya menghadiri kegiatan penmatan massal di Desa Besoangnin, namun tiba tiba penyakit yang Diagnosa paralisis periodic hypokalemia (kelemahan otot atau kelumpuhan otot sementara) yang selama ini ia derita tiba-tiba kambu, sehingga membutuhkan penanganan serius.

Safriani yang telah mengabdi sebagai bidan Desa Ratte selama belasan tahun itu Sempat ditangani perawat yang ada di Desa tersebut, namun karena kondisinya tidak memungkinkan sehingga harus dirujuk ke rumah sakit.

Warga sekitar yang melihat kondisi bidan tersebut semakin menurun memutuskan untuk membawa bidan ini ke Rumah Sakit. Warga sempat membawa Safriani menggunakan mobil jenis hardtop, namun perjalanan membuatnya semakin kesakitan lantaran kondisi jalan yang mengalami rusak parah.

Warga kemudian berinisiatif untuk menandu Safriani menggunakan sarung dan sebatang bambu, untuk bisa tiba ditujuan, warga harus menempuh perjalanan sekitar 5 jam dengan melewati jalan rusak dan terjal hingga menyebrangi 3 sungai lantaran tidak ada jembatan yang tersedia.

Kondisi seperti ini sudah sering dialami oleh warga, warga yang sakit ataupun hendak melahirkan mereka pasti menandu warga ke Puskesmas karena akses jalan yang sudah puluhan tahun tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Padahal jalan poros Pamengoan ini merupakan jalan Provinsi penghubung antara Kabupaten Polman dan Majene.

Saat ini Bidan Safrani telah menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Hajja Andi Depu, Polewali, perlahan kondisi kesehatan bidan tersebut sudah mulai membaik.

Bidan Desa Ratte, Bd Safrani, mengatakan, ia telah lama mengidap penyakit paralisis periodic hypokalemia namun pada saat menghadiri kegiatan di Desa Besoangin kondisi tubuhnya tiba-tiba menurun warga sekitar dan perawat yang ada didesa tersebut mencoba memberikan penanganan pertama namun kondisinya tidak memungkinkan sehingga ia harus dirujuk ke Rumah Sakit.

“Pada saat itu seluruh tubuh saya tidak bisa bergerak atau kaku jari tangan dan jari kaki termasuk leher juga lunglai, rasanya tidak mampu menopang seluruh kepala saking lunglainya ini leher, jadi pada saat itu saya panggil teman perawat yang ada di sana, kemudian saya diperiksa dan ternyata keadaan saya dalam kondisi tidak baik jadi saya disarankan saja untuk langsung saja ke rumah sakit karena melihat riwayat penyakit saya,” kata Bd Safrani saat ditemui di rumah sakit, Minggu (8/9/2024).

Menurutnya, ia terpaksa ditandu dari Desa Besoangin menuju Desa Lombongan oleh puluhan warga lantaran akses jalan menuju Desa tersebut tidak dapat dilalui ambulance karena kondisi  jalan rusak parah dan terjal.

“Awalnya saya sempat naik mobil hardtop, tapi karena kondisi pada saat itu tubuh saya terasa nyeri dan lagi pula kalau naik mobil itu goyang, jadi saya ndak mampu,  sehingga warga inisiatif untuk menandu saya, karena dianggap lebih cepat sampai ke fasilitas kesehatan daripada naik mobil hardtop, mengingat akses jalan sangat sulit makanya saya ditandu,” ujarnya.

“Jaraknya kalau tidak salah kurang lebih 23 kilometer dari Desa Rate sampai ke Bombongan jalan poros, kalau kemarin itu saya 5 jam ditandu dan sampai ke rumah sakit sampai 10 jam, kenapa lama karena saya tidak pakai ambulans Saya menunggu mobil yang lewat untuk menumpang,” tambahnya.

Ia menjelaskan, jika saat musim kemarau akses jalan menuju desa tersebut hanya bisa diakses oleh kendaraan khusus atau kendaraan yang telah dimodifikasi, namun saat musim hujan tidak ada kendaraan yang bisa melewati jalan tersebut.

“Kendaraan yang bisa ke sana hanya motor dan kalau mobil hanya jenis tertentu yaitu hardtop, itu saja yang bisa masuk namun kalau hujan mobil juga tidak bisa tembus, hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik motor,” ujarnya.

Ia berharap kepada pemerintah daerah khususnya pemerintah pusat agar bisa lebih memperhatikan kondisi jalan yang ada di wilayah tersebut dimana kondisi jalan sudah bertahun-tahun tidak dapat dilalui kendaraan dan hingga kini belum ada pengerjaan jalan.

“Ada tiga Desa terjauh di kecamatan Tutar, yaitu Desa Ratte, Besoangin Utara, dan Besoangin, semua berharap supaya pemerintah bisa ada perhatian khusus, saya bekerja selama 11 tahun lamanya belum pernah di beton jalannya khusus yang saya setiap hari jalan ini pak. setidaknya kalau belum bisa diaspal karena ini merupakan jalan Provinsi minimal di beton atau setidaknya pengerasan dulu,” harapnya