Polman, Identitas.co.id – Peristiwa Warga yang sakit ditandu ke Fasilitas Kesehatan (Faskes) kembali terjadi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kali ini dialami oleh Jaharuddin (29) tahun, warga Desa Ratte, Kecamatan Tutar.

Jaharuddin terpaksa ditandu oleh puluhan warga ke fasilitas kesehatan terdekat setelah mengalami sakit yang parah, dibagian dadah akibat terjatuh saat berkebun.

Warga tersebut segera mungkin harus mendapatkan penanganan medis, sehingga warga terpaksa secara gotong royong menandu Jaharuddin menggunakan bambu dan sarung menuju Rumah Sakit, lantaran akses jalan menuju Desa tersebut rusak parah dan tidak dapat dilalui Ambulance.

Puluhan warga ini harus berjuang keras menandu warga yang sakit dengan melewati jalan setapak menanjak dan terjal selama 5 jam, dengan jarak tempuh sekitar 9 Kilometer.

Tidak hanya melewati jalan yang terjal,  para warga ini juga harus menyebrangi beberapa sungai lantaran jembatan di wilayah tersebut tidak ada, bahkan mereka harus menyebrang sungai menggunakan rakit bambu lantaran kondisi sungai cukup dalam.

Sesekali mereka harus berhenti untuk beristirahat di tengah hutan dengan mengandalkan perbekalan seadanya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan lantaran kondisi kesehatan warga yang sakit semakin berkurang.

Saat ini Jaharuddin telah menjalani perawatan di RSUD Hajja Andi Depu Polewali, kondisi Jaharuddin mulai membaik setelah mendapatkan perawatan medis.

Salah satu warga Aco Budi, mengatakan, warga secara bergotongroyong menandu Jaharuddin menuju Faskes, warga berangkat pada pagi hari, dengan menempuh perjalanan kurang lebih lima jam, melewati jalan setapak.

“Kita tandu warga yang sakit karena akses jalan dari Desa menuju fasilitas kesehatan rusak parah, tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat maupun roda dua, sehingga kita menandu warga dengan cara berjalan kaki,” kata Aco, Rabu (26/6/2024).

Menurutnya, ia harus berjalan kurang lebih 9 Kilometer dengan jarak tempuh sekitar 5 jam berjalan kaki dengan kondisi jalan yang terjal dan sulit dilalui saat berjalan kaki apalagi saat menandu warga yang sakit.

“Rute yang kami lewati itu melewati jalan setapak dan menyebrang sungai yang berarus deras, karena tidak ada jembatan yang tersedia. Kami juga menggunakan rakit bambu untuk menyebrang sungai,” ujarnya.

“Kalau melihat Proses perjalanan menuju fasilitas kesehatan sangat miris karena sudah kami rasakan sejak beberapa tahun terakhir,” tambahnya.

Ia menjelaskan jika puluhan warga yang ikut menandu ini sesekali beristirahat jika lelah saat perjalanan, namun mereka tidak bisa berlama lama lantaran warga yang di tandu harus mendapatkan penanganan medis sehingga harus tiba di faskes dengan tepat waktu

“Kesulitan yang kami hadapi yang pertama yaitu adalah karena memang fasilitas kesehatan yang kami miliki sangat minim, sehingga tidak ada alat kesehatan yang kami yang bisa kami gunakan untuk menandu pasien yang sedang sakit ke pusat kesehatan sehingga warga terpaksa kami hanya mengandalkan kekuatan dari masyarakat,” jelasnya.

Ia menjelaskan, ada beberapa jalan yang bisa di lalui, namun semuanya tidak dapat di akses menggunakan kendaraan sehingga warga memilih jalan alternatif terdekat.

“Tidak memungkinkan untuk menggunakan kendaraan mobil atau ambulans, sehingga kami terpaksa melewati rute tersebut, karena itu adalah rute yang paling cepat khususnya di desa kami, karena dari desa Rate ke Desa Taramanu Tua itu berjarak sekitar 9 Kilometer dan itu rute yang paling cepat untuk sampai ke apuskesmas,” jelasnya

Ia berharap, pemerintah tidak tinggal diam melihat kondisi warganya yang sangat memprihatinkan yang sudah lama menderita akibat jalan rusak.

“Kami khusunya warga desa rate sudah sangat lama menyampaikan kondisi yang sangat memprihatinkan kepada pemerintah setempat baik pemerintah Kabupaten maupun Provinsi, namun tidak ada realisasi jalan ini bisa di buka oleh pemerintah, jadi kami berharap supaya pemerintah betul memperhatikan khusunya di desa kami ini karena jujur saja kami belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya yang orang bilang kita sudah merdeka namun kami sebenarnya belum merasakan itu,” harapnya.