Keberhasilan Dinasti Qing sebagian disebabkan oleh strategi militer mereka yang unggul. Sebagian lagi disebabkan oleh lemahnya Dinasti Ming.

Dinasti Ming melemah karena terpecah oleh korupsi, kegagalan kepemimpinan, dan kurangnya kemauan untuk melakukan pertahanan elawan penjajah.

Dinasti Qing yang dipimpin Manchu tidak hanya menaklukkan Ming. Mereka juga mengadopsi dan mengadaptasi institusi dan adat istiadatnya. Dinasti Ming menampilkan diri sebagai penerus sah mandat surga. Strategi ini membantu mereka mendapatkan penerimaan di kalangan penduduk Tiongkok.

Transisi dari pemerintahan Ming ke Qing pada akhirnya mengarah pada periode stabilitas dan ekspansi. Semua itu membuat Kekaisaran Tiongkok mencapai puncak kemakmuran budaya dan ekonomi baru di bawah pemerintahan Dinasti Qing.

Dinasti Ming Selatan Melakukan Perlawanan

Setelah penaklukan Qing di Kekaisaran Tiongkok, sisa-sisa loyalis Ming mundur ke selatan. Mereka mendirikan apa yang oleh para sejarawan disebut sebagai Dinasti Ming Selatan. Era ini ditandai dengan upaya untuk merebut kembali kejayaan Dinasti Ming dan melawan kekuatan Qing yang melanggar batas.

Meskipun meraih kemenangan awal, Ming Selatan menghadapi banyak tantangan. Termasuk konflik internal mengenai kepemimpinan, kekurangan sumber daya, dan tekanan tanpa henti dari militer Qing. Pada akhirnya, semua itu menyebabkan kehancurannya pada pertengahan abad ke-17.

Pada tahun 1662, perlawanan terakhir Dinasti Ming dipadamkan dengan penangkapan dan eksekusi Kaisar Yongli, penggugat terakhir takhta Ming. Kematiannya menandai berakhirnya Dinasti Ming dan mengukuhkan dominasi Dinasti Qing atas Kekaisaran Tiongkok.

Aspirasi Ming Selatan untuk memulihkan kekuasaan Ming pada akhirnya digagalkan oleh kombinasi perselisihan internal dan tekanan eksternal. Juga oleh kekuatan luar biasa dari Dinasti Qing. (***)