IDENTITAS.CO.ID, POLMAN – Seorang anggota Polsek Banggae, Briptu Tasmin membuat inovasi bagi petani bawang merah di Galung Paara Desa Pamboborang Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dengan merubah mesin pompa air berbahan bakar minyak pertalite ke gas.
Inivasi itu dibuat lantaran mendengar keluhan para petani kesulitan mendapatkan air saat musim kemarau. Para petani di wilayah ini harus menggunakan mesin pompa air untuk menyiram tanaman bawang merahnya. Namun kondisi ini membuat petani mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk membeli BBM.
Atas dasar itu, Tasmin membuat Mesin pompa air ini yang sebelumnya menggunakan bahan bakar jenis pertalite untuk dioperasikan, kini mesin pompa air tersebut bisa menggunakam gas elpiji.
Setelah diuji coba, pompa air dengan bahan bakar gas elpiji ini pun berhasil diterapkan dan menjadi solusi bagi petani yang kekurangan air selama 3 bulan terakhir. Pompa ini pun dapat menggerakkan kincir air untuk menyiram bawang merah petani hinga berjam jam.
Bhabinkamtibmas Desa Pamboborang, Briptu Tasmin mengatakan, ide awal konversi dari BBM ke BBG setelah mendapatkan keluhan dari petani terkait tingginya biaya BBM pompa air di tengah kemarau berkepanjangan. Sehingga terinspirasi dari pompa air yang menggunakan gas elpiji di kampungnya di Gowa, Sulawesi Selatan.
“Awalnya itu kita ada ide dari kampung, idenya itu kita bawa kesini, karena kurangnya akses informasi masuk kesini makanya saya selaku Babinkantibmas bawa informasi masuk kesini saya sebarkanlah kesini ke kepala dusun yuntuk di sampaikan ke para petani bawang merah terkait adanya alat seperti ini,” kata Briptu Tasmin, Minggun (1/10/2023).
Menurutnya, keluhan biaya bahan bakar mesin pompa air seringkali dikeluhkan oleh warga pada saat kegiatan Jumat curhat, bahwa bianya BBM sangat boros sehingg ide atau inovasi itu diterapkan di wilayah ini.
“Tujuannya itu, yang pertama menekan biaya pengeluaran para petani dari pengeluaran pembelian bahan bakar minyak ke bahan bakar gas,” ungkapnya.
Sementara itu, seorang petani, Abdullah mengatakan, biaya yang harus dikeluarkan untuk mengairi kebun bawangnya jauh lebih hemat menggunakan gas elpiji 3 kilogram dibanding menggunakan BBM jenis pertalite.
“Alhamdulillah karena kemarin kita pakai BBM seperti bensin kalau saya pakai itu, satu hari 30 ribu. Alhamdulillah sejak adanya ini inovasi yang dibawa oleh Babinkantibmas pakai tabung, Alhamdulillah kita pakai sampai 6 hari,” ungkapnya.
Berkat inovasi pompa air dengan BBM ini Abdullah tetap bisa menanam bawang merah di tengah kemarau berkepanjangan yang telah berlangsung sejak 3 bulan terakhir.
“Ini juga termasuk solusi karena saat ini musim kemarau, air susah, sudah lama tidak hujan sekitar 3 bulan,” ujarnya