IDENTITAS.CO.ID, POLMAN – Sayyang Pattuduq sebuah tradisi unik di tanah Mandar, dimana sayyang diartikan kuda sementara untuk Pattuduq artinya menari, jadi sayyang pattuduq adalah kuda menari. Kegiatan sayyang patuduq ini masih sering dijumpai di berbagai acara keagamaan, di Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat.

Seperti di kegiatan fastival Molabe Ri Sipakatau, yang digelar oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII (Sulteng-Sulbar) dalam rangka perayaan maulid Nabi Muhammad SAW yang di Lapangan Bala, Pambusuang, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Kamis (28/9/2023).

Dalam kegiatan itu diikuti sekitar seratus peserta Sayyang Pattuduq dari berbagai sekolah di Kabupaten Polman. Peserta yang terdiri dari guru dan murid ini nampak sangat menikmati saat mereka di arak keliling kampung sejauh beberapa Kilometer.

Salah satu peserta sayyang pattuduq Putrizhalzyairah darwis, ini mengaku sangat menikmati saat menunggangi sayyang pattuduq, perasaan takut dan senang bercampue selama menunggangi kuda.

“Senang, karena sudah sering naik sayyang pattudduq, tapi perasaan takut masih ada kalau kudanya jumping, disitu perasaan tidak karuang senang dan ada takutnya juga, tapi itu sudah biasa karena sudah beberapa kali ikut seperti ini,” ujarnya.

Anak dari pasangan suami istri Naderatunnaim dan Ipda darwis dari perwakilan Korwil Wonomulyo itu di utus bersama 9 orang pelajar lainnya untuk kegiatan Molabe Ri Sipakatau.

“Ada sembilan kuda dari Wonomulyo. Kalau saya urutan ke 48 dari 100 perserta sayyang pattuduq,” ungkapnya.

Gadis yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP ini menjadi salah satu peserta yang banyak mendapat perhatian warga yang menyaksikan sayyang pattudu.

Saat menunggangi sayyang pattuduq. Caca sapaan akrabnya menggunakan lipa sa’be berwarna hitam dan baju bodo bermarna merah menambah kesan Malaqbi pada gadis berparas cantik ini.