IDENTITAS.CO.ID – Giacomo Agostini merupakan legenda balap motor dunia yang memegang rekor 15 kali juara dunia selama berkarier sebagai pebalap dan menjadikannya sebagai yang tersukses sepanjang sejarah.
Agostini merupakan kekuatan yang sangat dominan sepanjang tahun 1960-an hingga awal 1970-an.
Dari 15 rekor juara yang ditorehkan, 8 diantaranya diraih di kelas utama atau sekarang dikenal MotoGP.
Dengan 122 kemenangan Grand Prix, Agostini meraih lebih banyak dari yang bisa diimpikan oleh kebanyakan orang antara 1963 dan 1977. Pria Italia ini sangat konsisten, memenangi setiap balapan yang diikutinya di kelas 350cc dan 500cc antara 1968 dan 1970.
Namun siapa sangka, dibalik kehebatannya di ajang balap roda dua itu, Agostini nyaris beralih ke ajang balapan roda empat seandainya pendekatan yang dilakukan Ferrari untuk membawa legenda Italia itu ke Formula 1 (F1) antara 1966 dan 1967 berhasil.
Ferrari memiliki sejarah sebelumnya saat menurunkan pebalap motor – dengan John Surtees mempersembahkan kemenangan dalam F1 tahun 1964.
Saat itu Agostini sempat menguji Ferrari Dino 206 Berlinetta di Modena setelah mendiang Enzo Ferrari bersikeras untuk mengemudikan mobil tersebut. Ia tergoda oleh kemungkinan peralihan karier.
“Ferrari memaksa saya untuk mencoba sebuah mobil,” kata Agostini kepada Motorsport.com edisi Prancis.
“Saya sering melihatnya di Modena, karena Ferrari melakukan uji coba di sirkuit yang sama dengan saya,” tambahnya mengungkapkan.
“Dia menyarankannya kepada saya, saya melakukan tes dan saya memikirkannya selama beberapa hari. Sebuah pemikiran yang sangat besar… (Ferrari yang menawarkan Anda sebuah mobil!)”
Setelah mempertimbangkan dengan serius untuk beralih ke F1 bersama Ferrari, Agostini menyadari bahwa hatinya lebih tertuju pada motor. Sebuah keputusan yang sangat dihormati oleh Enzo Ferrari kala itu.
“Sejak lahir, saya sudah memikirkan dua roda dan bukan empat, jadi mengapa saya harus mengkhianati mereka sekarang setelah saya sukses, yang membuat saya menang dan naik podium setiap hari Minggu?” Agostini mengungkapkan.
“Mengapa saya harus meninggalkan sesuatu yang telah membuat saya bermimpi sejak saya lahir? Saya tidak memimpikan mobil, saya memimpikan motor. Jadi, saya berkata tidak, saya harus puas dengan apa yang saya miliki dan tetap tinggal (di mana saya berada),” ungkapnya lagi.
“Yang terpenting, saya berpikir tentang kecintaan saya pada roda dua. Itulah yang saya pikirkan. Mengapa saya tidak berpikir tentang roda empat tetapi tentang roda dua? Dan mengapa saya harus meninggalkan mereka sekarang?
“Ketika saya bertemu dengannya (Enzo Ferrari), ia menghargai hal itu dan berkata ‘Saya mengerti Anda’. Ia memahami keseriusan saya.”
Agostini pada akhirnya berkompetisi di Formula 2 Eropa dan F1 Inggris di akhir karier balap motornya, meraih kesuksesan naik podium – meskipun tidak ada yang sebanding dengan pencapaiannya di atas roda dua.
Ia kemudian menjadi manajer tim untuk skuad pabrikan Yamaha era 1980-an, memenangi tiga gelar 500cc bersama Eddie Lawson. Dia juga memimpin Cagiva pada 1990-an secara singkat sebelum tim ini mundur pada akhir 1994. (***)
Sumber : Motosport