IDENTITAS.CO.ID, MAROS – Pembuatan karya tulis ilmiah merupakan salah satu syarat kenaikan pangkat bagi ASN, tidak terkecuali para guru-guru sekolah. Namun ironisnya, banyak diantara para guru-guru ini tidak bisa membuat karya ilmiah sendiri, sehingga untuk urusan kenaikan pangkat, mereka memakai jasa joki untuk pembuatan karya tulis ilmiah.
Kasus guru-guru tidak bisa membuat karya tulis ilmiah juga banyak di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan (Sulsel). Hal ini diakui Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Maros Andi Pattiroi.
Andi Pattiroi mengatakan 75 persen karya tulis ilmiah guru di Maros tidak autentik, karena ada yang membuatkan.
“Rata-rata kita di Maros, bukan lagi 50%, tapi sekitar 75% guru-guru kita ada yang membuatkan karya tulis ilmiahnya. Soal siapa pembuat karya ilmiah di Maros tidak usah saya sebut,” kata Pattiroi dalam sambutannya saat pembukaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembuatan Karya Ilmiah dan Jurnal Bagi Guru dan Kepala Sekolah, Selasa (20/06/2023), di Gedung Baruga A Kantor Bupati Maros.
Mengenai pembuatan karya ilmiah itu, Pattiroi menyebut selain dibantu orang lain, juga ada yang nyontek di Google. “Ada juga yang nyontek di Google,” katanya.
Olehnya itu, Pattiroi berharap dengan adanya Bimtek Pembuatan Karya Ilmiah dan Jurnal, tidak ada lagi guru yang dibuatkan karya ilmiahnya. “Tentunya banyak sekali yang bisa ditulis di sekiar kita, di sekolah kita, atau pengalaman sekitar di satuan pendidikan masing-masing,” ujarnya.
Senada dengan itu, Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Maros, Andi Davied Syamsuddin dalam sambutannya mengatakan fenomena karya tulis ilmiah dibuatkan merupakan rahasia yang sudah diketahui. “Karya ilmiah dibuatkan, ini merupakan rahasia yang sudah diketahui,”ucapnya.
Lanjut Sekda menjelaskan pembuatan karya ilmiah selama ini hanya berorientasi pada kenaikan pangkat, bukan pemecahan masalah, “sehingga menggunakan kondisi dibuatkan”.