Salah satu contohnya adalah sekte Hindu Aghori, yang mempraktikkan suatu bentuk endokanibalisme yang dikenal sebagai “kapala moksha”. Ini melibatkan konsumsi daging manusia dan penggunaan tengkorak manusia sebagai objek upacara.

Demikian pula, orang Korowai di Papua Nugini diketahui mempraktikkan endokanibalisme sebagai bagian dari tradisi budaya mereka.

Suku Korowai percaya bahwa memakan daging kerabat mereka yang telah meninggal adalah cara untuk memastikan bahwa roh mereka tetap dekat dan pengetahuan serta kebijaksanaan mereka diturunkan ke generasi mendatang.

Praktek Kanibalisme Menularkan Penyakit

Praktek kanibalisme yang mengkonsumsi daging manusia dapat menularkan penyakit dan virus, termasuk penyakit prion seperti penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD), yang bisa berakibat fatal.

Penyakit prion manusia datang dalam bentuk sporadis, genetik, dan menular. Kuru adalah penyakit prion manusia menular pertama yang ditemukan. 

Penelitian sejarah menunjukkan bahwa epidemi kuru mungkin berasal sekitar tahun 1900 M dari satu individu yang tinggal di tepi wilayah Fore, dan diperkirakan secara spontan mengembangkan beberapa bentuk penyakit Creutzfeldt-Jakob, penyakit prion terkait.

Epidemi ini menyebar melalui orang-orang Fore Papua Nugini, di antaranya sesama kerabat yang memakan tubuh almarhum untuk mengembalikan “kekuatan hidup,” almarhum hingga jiwanya seolah tetap berada bersama mereka.