IDENTITAS.CO.ID, POLMAN – Cerita Fahriansyah (24) mahasiswa asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang menjalani pendidikan di Internasional University Of Afrika di Khartoum Sudan yang terjebak di Kontrakan selama perang terjadi di Negara Sudan.
Mahasiswa asal Kelurahan Lantora, Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini sudah sejak tahun 2019 lalu kuliah di tempat ini, kini ia menjalani ujian semester tujuh, yang mengambil jurusan Hukum.
Fahri sapaan akrab berhasil di evakuasi oleh Pemerintah Indonesia bersama dengan Ratusan Mahasiswa lainnya dari Negara Sudan ke Indonesia. Fahri tiba di rumahnya pada Senin (1 Mei 2023).
Saat ditemui di Kediamannya, Fahri menceritakan kondisi konflik militer yang terjadi di Negara tersebut. Dimana Mahasiswa yang Kuliah di kota Hortumb ini terjebak di kontrakannya selama 10 hari, ia menyaksikan langsung dua kelompok militer berperang.
Suasananya perang hampir setiap hari terjadi, selama 24 jam suara tembakan, rudal dan suara pesawat yang di tembak terus ia dengarkan.
Bahkan kampus yang ia tempati untuk menimbah ilmu juga menjadi lokasi peperangan, para tentara saling kejar kejaran, dan baku tembak di area kampus.
Di rumah kontrakannya fahri tinggal bersama dengan 7 orang mahasiswa, 5 orang berasal dari Indonesia dan 2 orang berasal dari Negara Turki.
Selama perang berlangsung Fahri bersama temannya terpaksa mengurung diri di kontrakannya mereka tidak berani keluar rumah selqma beberapa hari. Mereka hanya menunggu untuk di evakuasi dari lokasi konflik tersebut.
Disekitar rumah kontrakannya, situasi sudah mulai lengah, masyarakat setempat suda mengungsi, bahkan pasar dan tempat keramaian juga telah dikosongkan saat itu hanya terdapat tentara yang berkeliaran.
“Saya rasakan perang Disana selama 10 hari, siang dan malam, jam 1 subuh, jam 2 subuh, jam 3 subuh suara tembakan tetap ada,” kata Fahri saat di temui di rumahnya Senin (1/5/2023).
Menurutnya, Untuk bertahan hidup di lokasi perang ia hanya mengandalkan stok makanan yang ada di kontrakannya serta memunggu bantuan makanan dari relawan KBRI.
“Jadi kami memakan stok yang ada di rumah, dan juga ada relawan dari KBRI mereka membagikan ke masing masing asrama mahasiswa makanan untuk persediaan selama 3 hari, tapi mereka membagikannya ketika waktu-waktu aman, jam 5 sore sampai jam 6, karena kalau di luar jam itu sangat berbahaya,” jelasnya.
Ia menjelaskan setelah terjebak selama berhari hari, ia bersama mahasiswa Indonesia mendengar kabar jika akan di pulqngkan ke Tanah air.
“Kami di evakuasi pada saat jam 4 subuh di Masjid Siddiqin di arkawid di bagian dari kota khortum, jadi disitu kami di sediakan bus dari KBRI. Sebenarnya KBRI ingin mengevakuasi sekalian seluruh warga Indonesia dari khortum ke port Sudan , namun bus yang datang ternyata hanya 6, jadi tidak cukup untuk mengangkut semua, jadi ditunda lagi yang sebagiannya. Makanya yang paling pertama sampai ke Indonesia itu cuma beberapa ratus orang, jadi evakuasinya itu bertahap, di bagi jadi beberapa bagian, karena gara-gara bus itu,” ujarnya.
Pada saat di pelabuhan kata Fahri, Mahasiswa diamankan oleh tentara Arab Saudi,<span;> kapal yang di tumpangi oleh warga Indonesi yang berjalan ke Jeddah mendapat pengawalan ketat.
“Jadi Arab Saudi juga ikut andil dalam mengevakuasi, mereka mengamankan kapal kami, pada saat kapal kami berjalan ke Jeddah mereka mengawak kami dengan kapalnya. Jadi pada saat sampai di Jeddah, Arab Saudi, kami di sambut oleh tentara Arab Saudi, mereka berbaris ketika di buka pintu kapal. Di Saudi kami juga di sambut oleh KJRI Jeddah, jadi kami di kasih nginap di hotel bintang 4 selama 3 hari,” ungkapnya.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, para mahasiswa akhirnya di terbangkan ke Indonesi dimana seluruh biaya pemulangan ditanggung oleh Pemerintah.
“Setelah itu di pesankan pesawat Garuda, semua biayanya oleh pemerintah, terutama kementrian luar negri. Setibanya di rumah, Alhamdulillah sangat senang bisa kembali ke kampung. Kalau sudah ada kabar dari Sudan, tidak ada lagi perang maka kami akan kembali,” jelasnya