Keadaan ini sekaligus menegaskan kehidupan dalam benteng (intra muros) merupakan awal pembentukan kota Makassar secara fisik sebagai kota kolonial pada masa pemerintahan Belanda.

Selain bentuk pemukiman yang terpusat di dalam benteng, sekitar abad ke-17 telah terbentuk pula fisik Kota Makassar dengan jalan-jalan lurus, sejajar dengan garis bibir pantai dan membujur arah selatan.

Empat jalan utama yang membujur, paling barat adalah Cinastraat (Passerstraat) atau sekarang Jalan Nusantara, Templestraat atau sekarang Jalan Sulawesi, Middlestraat atau sekarang Jalan Bonerate dan Burgherstraat atau sekarang Jalan Jampea.

Sementara itu, di kawasan Vlaardingen pola pemukiman yang terbentuk mempunyai pola Medieval (bentuk-bentuk rumah berpagar tinggi dan tanpa halaman depan). Pada pemukiman ini terdapat jalan utama yang melintang timur-barat disebut dengan Hoogepad atau sekarang dikenal dengan Jalan Jendral Ahmad Yani, dimana pada ujung jalan ini terdapat benteng kecil Vredenburg sebagai benteng pengawas dari arah timur.

Benteng Vredenburg dikelilingi parit yang berasal dari kanal yang terhubung langsung dengan laut. Perkembangan terpenting lainnya pada abad ke-17 ini adalah terbentuknya poros jalan dari Benteng Vredenburg ke arah selatan, Gowa.

Kota Makassar Awal Abad 18 Hingga Akhir Abad 19

Awal abad ke-18 hingga akhir abad ke-19 keadaan keadaan politik di Makassar mulai aman. Sejalan dengan hal ini, perkembangan bangunan-bangunan kolonial tidak lagi terbatas pada kehidupan di dalam benteng (intra muros) tapi lebih pada kehidupan ke luar benteng (extra muros).

Ini terlihat dengan dipindahkannya beberapa unit bangunan ke luar benteng. Seperti pembangunan kediaman gubernur Belanda pada tahun 1885 dan Gereja Protestan Immanuel tahun 1885 di bagian timur Benteng Rotterdam.