Sebagian orang meyakini bahwa Al-Qur’an tidak mengizinkan umat muslim untuk mengkonsumsi minuman ini. Meskipun kitab suci Islam tidak secara langsung menyebutkan kopi, seorang ulama garis keras kala itu menyatakan bahwa mengonsumsi segala sesuatu yang dibakar dilarang.
Akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi daya tariknya. Kedai kopi atau Kahvehane, pertama kali didirikan di Istanbul pada 1555 oleh dua pedagang Suriah. Secara bertahap, kopi meresap sampai ke tempat yang jauh dari kekaisaran.
Dikutip dari dailysabah, bahwa pada akhir abad ke-16 terdapat sekitar 600 kedai kopi di ibu kota kekaisaran Istanbul dan hampir 2500 pada akhir abad ke-19.
Kedai kopi memungkinkan seseorang untuk dapat berkumpul, bersosialisasi, bertukar informasi, belajar, atau rekreasi.
Anggota masyarakat yang melek literasi, membaca lantang beragam berita yang sedang berlangsung, seperti; anggota kader elit pasukan Ottoman yang merencanakan tindakan protes terhadap sultan; Pejabat membahas intrik pengadilan; Pedagang bertukar rumor perang. Dan mayoritas yang buta huruf mendengarkan.
Di kedai kopi, mereka diperkenalkan dengan ide-ide pemberontakan, penentuan nasib sendiri, dan falibilitas yang kuat. Disinilah mereka mulai mengeja perlawanan untuk negara Ottoman.
Tidak lama kemudian, pihak berwenang mulai menganggap kahvehane atau kedai kopi sebagai ancaman. Beberapa sultan mengirim intel di kedai kopi untuk memata-matai. Bahkan pada abad ke 18, Murad IV, pernah untuk menutupnya. Namun mereka terlalu menguntungkan.