IDENTITAS.CO.ID, MAKASSAR – Pembangunan jalur Kereta Api Makassar-Parepare dinilai banyak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang tidak terkelola dengan baik. Hal ini berdasarkan hasil rapat komisi penilai Amdal Sulawesi Selatan terhadap Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) pembangunan jalur Kereta Api sepanjang 143,87 km + 4,75 KM tersebut pun dipertanyakan.

Pasalnya penanggung jawab atau pemrakarsa proyek, yaitu Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dan pihak teknis dalam melakukan kegiatannya jauh dari kata optimal melaksanakan kewajiban-nya.

Pembangunan jaluar kereta api disebut banyak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang tidak dikelola dengan baik. Diantaranya abai melakukan pengelolaan terhadap sumber dampak dari rencana pembangunan jalur. Selain itu, pembangunannya juga dianggap membawa dampak terhadap sistem perkotaan Kawasan Mamminasata.

Ketua Forum Komunitas Hijau Makassar, Ahmad Yusran mengatakan pembangunan jalur kereta yang terkesan dipaksakan tersebut membawa dampak dalam sistem perkotaan kawasan Mamminasata yang berhierarki, terstruktur, dan seimbang sesuai fungsi dan tingkat pelayanannya. Termasuk hilangnya fungsi keseimbangan, fungsi lindung dan fungsi budidaya pada kawasan Perkotaan Mamminasata sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

“Mamminasata adalah satu kesatuan kawasan perkotaan yang terdiri atas Kota Makassar sebagai kawasan perkotaan inti, kawasan perkotaan Maros di Kabupaten Maros, Kawasan Perkotaan Sungguminasa di Kabupaten Gowa, Kawasan Perkotaan Takalar di Kabupaten Takalar yang membentuk kawasan metropolitan. Berkaca dari pengalaman kost bencana banjir dan kerugian warga di kota Makassar masih terngiang dalam ingatan. Makanya dengan berbagai pertimbangan dan aspek lain, adalah hal wajar Wali Kota Makassar Danny Pomanto menolak konstruksi rel at grade di daratan Kota Makassar. Ini karena karena warganya masih trauma oleh teror ancaman banjir yang setiap saat terjadi. Apalagi akan adanya pembangunan rel kereta api melintasi daratan Kota Makassar,” beber Yusran.